Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2017

Masjid Kubro di Koto Pomban

SEBUAH gapura setinggi lima meter berdiri di depan masjid, tepat di tepi jalan. Tiangnya ada delapan. Empat di sisi kiri dan empat di sisi kanan. Lebarnya sekira tiga meter. Tiang tersebut diberi cat biru. Bagian atas beratap seng. Sebelah kiri gapura tersedia tempat parkir kendaraan roda dua. Jarak antara gapura dengan masjid sekitar dua puluh langkah kaki orang dewasa. Jarak ini dijadikan pekarangan masjid yang dilapisi paving block . Tak ada pohon atau tanaman hias apa pun dalam pekarangan. Tembok setinggi bahu orang dewasa mengelilingi pekarangan dan masjid. Rumput liar memenuhi tiap sudut pekarangan.   Jika berdiri di tengah pekarangan, terlihat atap masjid berbentuk limas berlapis tiga. Ujung atapnya runcing. Tiap sudut cucuran atap terdapat ukiran sayap layang-layang. Bagi masyarakat Melayu setempat, bentuk ini bermakna kebebasan yang tahu batas dan tahu diri. Sebelah kiri pintu masuk jamaah wanita tersedia tempat wudhu berikut toilet. Tepat depan pintu y...

Ladu, Alam Kemanusiaan dan Romantisme

Judul         : Ladu Penulis      : Tosca Santoso   Tebal         : v + 322 halaman Terbit        : 2016 Penerbit    : Kaliandra SEBUAH novel berjudul Ladu telah dilaunching di sebuah cafe jalan Rajawali, Pekanbaru, akhir Mei lalu. Green Radio —media informasi yang fokus mengabarkan tentang lingkungan—sebagai penanggungjawab peluncuran novel tersebut. Novel ini juga telah dilaunching dibeberapa tempat di Jakarta hingga Bogor. Ladu dikenal dalam bahasa Jawa. Maknanya, endapan tanah merah. Seperti partikel Tuhan, ia pembentuk zat yang hidup dan tak hidup. Puitisnya, Ladu adalah awal dan akhir sekaligus. Penulisnya Tosca Santoso. Ini adalah novel keduanya setelah Sarongge yang juga pernah diluncurkan di Pekanbaru. Keduanya bercerita tentang alam, kehidupan dan romantisme. Namun, Ladu mengambil background cerita dari perjalanan mendaki gunung...